Cara Pemerintah berkerja

22 Mei, 2008
Dahulu kala di disebuah negeri antah berantah. Diriwayatkan sebuah konglomerat kaya memiliki sebidang tanah yang sangat luas dan dibiarkan kosong. Sang pemilik takut jika tanah tersebut diambil oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Dan demi menjaga tanah tersebut, sang pemilik menyewa seorang satpam untuk menjaganya.
Tapi kemudian sang pemilik berpikir ”kita menyewa seorang satpam, dia disana menjaga tanah kita, sedangkan kita disini. Siapa yang menjamin satpam itu bekerja menjaga tanah kita?” kemudian sang pemilik membentuk devisi pengawasan sebanyak 4 orang yang bertugas mengawasi sang satpam tersebut.
Kemudian pemilik tanah berpikir lagi, ”bagaimana devisi pengawas tersebut dapat bekerja maksimal jika tidak memiliki fasilitas untuk melaksanakan tugasnya?” maka dibangunlah sebuah rumah disekitar tanah kosong tersebut sebagai kantor devisi pengawas, lengkap dengan fasilitasnya, prabotan, listrik, air, telepon. Agar kapan saja dapat melaporkan hasil pengawasannya kepada pemilik lahan.
Karena banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang harus dibayar, sang pemilik tanah merasa kerepotan dalam mengurus biaya-biaya yang harus dibayar. Maka dibentuklah devisi administrasi yang tugasnya mengurus semua keuangan, mulai dari membayar tagihan listrik, air, telepon maupun gaji pegawainya.
Enam bulan berlalu, dan ternyata sang pemilik tanah merasa pengeluaran yang ada sangatlah besar, sehingga perlu dilakukan perampingan biaya untuk menghemat pengeluaran. Dan dalam rangka penghematan itu maka dipecatlah sang satpam.
moral of the story:
yah.. memang ga se-dramatis ini kondisinya, tapi kadang pemerintah kita aneh, kok hobi sama ke-birokratifan, yang seharusnya bisa dikerjakan sendiri kenapa harus dibentuk departemen sendiri? yang bisa diselesaikan sebentar kenapa harus dilakukan peninjauan berkali-kali. ah… ada-ada saja. jangan ikut-ikutan pemerintah yak! ntar kasian negara kita, apa nanti kata dunia?
PostBlog:
thank’s angga atas meteri-nya 🙂