Seorang Dosen & Kelasnya, Seorang Teman, ibu & anaknya

pada sebuah kuliah di Kampus saya, seorang dosen mengatakan hal yang mungkin kerap diucapkan dosen-dosen berkapasitas standart lainnya, kira-kira seperti ini:

kelas ini payah! bagaimana sih? masa teori ini tidak ada yang mengerti?, bukankah saya sudah sering menjelaskan ke kalian semua? -seraya menyalahkan mahasiswa yang diajarkannya-

 

ada perkataan bijak begini:

“sebenarnya ketika kita menunjuk ke sesuatu, mungkin jari telunjuk mengarah kedepan, tapi lebih banyak jari yang menunjuk ke anda sendiri”

kira-kira tafsirannya adalah sebelum menunjuk ke sesuatu (blame & execuse) coba koreksi diri sendiri dulu, untuk kasus seorang dosen & kelasnya itu kira-kira siapa yang salah? mungkin bisa dibandingkan dengan cerita ini:

suatu hari ada teman mengeluh, dia merasa sering dijauhi sama orang dan menanyakan kepadaku, apa & siapa yang salah? lantas dijawab: “yang  tau cuman kamu, coba perhatikan, jika hanya 1-2 orang menjauhimu, biarkan saja dia, mungkin dia iri sama kamu, tapi jika banyak orang yang menjauhimu, kira-kira siapa yang salah? kamu apa mereka?” sebuah pertanyaan yang bisa dimengerti tanpa dijawab…

lantas siapa yang salah dalam cerita dosen dan kelasnya tersebut? kalau tidak ada satupun mahasiswanya yang mengerti, -semoga bukan excuse saya sebagai mahasiswa- mungkin cara mengajarnya yang kurang baik, atau komunikasi beliau kurang dapat diterima sama mahasiswa kebanyakan, atau frekuensi beliau terlalu tinggi untuk dicerna pemikiran mahasiswa, kalau begini siapa yang sebaiknya beradaptasi? seluruh kelas pada satu dosen? atau seorang dosen yang mengadaptasi kepada suatu kelas? seorang dosen bijak tentu bisa mengerti jalan terbaik.

 

jadi ingat iklan tentang percakapan seorang ibu dan anaknya yang baru pulang sekolah: 

si anak: mah, tau gak ma, di kelas ade ada anak yang nakal mah, masa dia tuh cerewet, udah gitu comel lagi mah, udah gitu dia sering nakalin temen cewe lagi mah, kan nakal ya mah, udah gitu dia tuh curang mah, trus dia kalo ngomong suka dilebih-lebihin, suka menceritakan kejelekan orang lagi mah, padahal kan ngomongin kejelekan orang lain itu dosa kan mah ya? kok ada sih ma orang kayak dia? gak tahan ade sama dia…

ibunya hanya tersenyum kecil dan menjawab: ada orang kayak gitu, ini dia orangnya “seraya memberikan cermin ke si anak”

18 Responses to Seorang Dosen & Kelasnya, Seorang Teman, ibu & anaknya

  1. ipied berkata:

    hihi saya juga pernagh berpikiran begitu…sebenernya apa yang salah ya? kok bisa sudah dijelaskan berkali2 tetap saja saya dan teman2 gak paham maksudnya…

    kurasa lebih ke komunikasi dosen itu sih…. mengajar itu gak mudah, gak hanya titel dan kepintaran saja.kalau gak diimbangi dengan kemampuan bicara sama saja ilmu yang dia miliki seberguna apapun jadi sia2 karena gak tersampaikan…
    mubazir jadinya…

    iya kangen sama iklan itu…
    kalo special ocassion biasanya iklan di tivi bagus2 dan menggelitik mata….(saya nonton tivi cuma buat nonton iklan)wakakakakaka

  2. Alifia Alisarbi berkata:

    Suatu kali saya pernah main quis dengan anak-anak saya (saya guru SD kelas 2). Pertanyaan: Apa perbedaan kalimat dan kata?
    Tidak ada yang tunjuk tangan.
    Saya mencoba menyemangati: hayooo..kan udah sering kuta bahas ini. Masa udah kelas dua masih gak tau bedanya kalimat dan kata sih? Malu nanti sama kelas sebelah.
    lalu seorang anak berkata: Lah ibu kan guru bahasa indonesia kita. Ibu sendiri gimana? Malu gak kita yang kelas dua masih gak tau bedanya kata dan kalimat ayooo?
    Saya: Ups!!!

    Tapi mungkin itu asiknya mengajar anak kecil (SD), kalau gurunya salah mereka selalu berani protes dan mengkritik tanpa takut. Sehingga guru bisa tahu apa salahnya dia dan bisa memperbaiki diri. Plus, walaupun guru itu salah, di mata anak kecil itu tidak mengapa. nak-anak tahu dan sadar bahwa mereka pun tiap hari belajar dan salah, lalu memperbaiki diri. Jadi bagi mereka, its ok kalo bu guru kadang-kadang salah. Mungkin kalau guru yang mengajar anak-anak besar, tidak terbiasa dikritik sehingga tidak terbiasa melihat ke dalam dirinya.

  3. Ikkyu_san berkata:

    mengajar itu lebih sulit dari belajar…karena pengajar punya kewajiban membuat si murid jadi terpelajar. Kalau hampir semua murid tidka mengerti, sudah pasti penyampaiannya yang salah. Hal ini sering dijumpai juga pada mata pelajaran yang muridnya misalnya mendapat C semua. Si guru ini killer, ujiannya sulit sekali. Dapat B sudah bagus. Sebetulnya ini juga kembali lagi ke si guru apakah dia membuat ujian itu untuk menilai pemahaman murid atas apa yang telah diajari, ataukah membuat soal yang sulit sehingga sedapat mungkin murid tidak bisa menjawab dan mengukuhkan pendapat bahwa pelajaran itu sulit (atau guru killer). Sayang saya tidak tinggal di Indonesia sehingga tidak tahu iklan seperti yang dicontohkan di atas.
    Salam kenal dari saya

    EM

  4. kishandono berkata:

    Merenung dan mengaca, sudah sampai mana sih kebaikan saya sebagai manusia?

    hal yang jarang saya lakukan.

  5. angga berkata:

    “sebenarnya ketika kita menunjuk ke sesuatu, mungkin jari telunjuk mengarah kedepan, tapi lebih banyak jari yang menunjuk ke anda sendiri”

    makanya aku pernah diajarin, klo nunjuk orang jgn pakai satu jari, tapi pakai kelima-lima jarinya… ahaha…

  6. sawali tuhusetya berkata:

    wah, kalau dosen sudah biasa main pakai stigma dan pelabelan kaya begitu, repot mas denny. jangan2 karena memang sang dosen ndak pernah mau berdiskusi dg mahasiswanya, hehehehe ….

  7. erin a.k.a Rei berkata:

    d’zone tutup yah selama puasa?

    maen ke alamat ini dech…

    http://miremerelylinger.blogspot.com di postingan yang “pria-pria psikopat, *jejelin sendal ajeeee!!” kita lagi diskusi mencoba memecahkan sebuah masalah…dan pengen tahu aja..tanggapan para cowok atas kasus ini gimana…

  8. erin a.k.a Rei berkata:

    d’zone tutup yah kalo puasa?

    btw,aku lagi terlibat sebuah diskusi di blog seorang teman…mau teribat?memberi tanggapan dari sisi cowok mungkin???? di http://miremerelylinger.blogspot.com/
    cari aja postingan “pria-pria psikopat, *jejelin sendal ajeeee!!”

  9. Daniel Mahendra berkata:

    Ini sebuah renungan yang menarik, Kawan Denny. Terkadang seseorang menyadari apa yang terucap dari lidahnya. Orang yang demikian merasa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya sudah selesai. Sudah maksimal. Bahkan merasa sudah sempurna. Sehingga ia tidak bisa mengoreksi diri sendiri.

  10. laporan berkata:

    Selamat idul fitri bagi yg merayakan idul fitri. Selamat berlibur bagi yg berlibur. Mohon maaf lahir dan batin.

  11. @ Pied: makanya profesi guru itu mulia, karena susah kali yah :-p

    @ mbak alif: wah, pasti perjuangan anda cukup berat ya mbak, semoga sukses dengan kariernya dalam menjadi pencetak penerus generasi bangsa ini 😀 saya sudah main ke blog anda, keren…!

    @EM: SETUJU…!!! mungkin akan lebih baik kalau semua itu dinilai secara proses dan bukan hasilnya, serta semua itu dinilai dari objektivnya 😀 salam kenal mbak…

  12. @kishandono: tiada kata terlambat unruk memulai mas 😀

    @angga: dasar, ada2 aja ikam nih, kapan yu aku bis blog be hosting sorangan, hehehe

    @sawali: kalau anda yang mengajar pasti hebat pak ya 😀

  13. nad berkata:

    mas. aku lagi di semarang, hoho

  14. ipied berkata:

    Den….ada PR buatmu di blogku, ditengok ya…dan dikerjakan okeh!
    ditunggu postingan selanjutnya….

  15. khofia berkata:

    SAYA LEBIH SUKA BILA SAYA MEMBENCI DUNIA, KETIMBANG DUNIA MEMBENCI SAYA…

    SAYA LEBIH SUKA MENYALAHKAN DUNIA DARIPADA DUNIA MENYALAHKAN SAYA…

  16. escoret berkata:

    mas. aku lagi di semarang, hoho
    oleh nad 07 Okt, 2008 at 08:33:49 …

    AKU JUGA DI SEMARANG….hohoho

  17. angga berkata:

    wah…. mantep tuch… aku paling suka iklan yang itu.. mengena banget… sayang udah gak diputer lagi ya..

    btw den… km aku kasih PR ya.. PR : 10 Fact about me hihihi… maturnuwun… :p

Tinggalkan Balasan ke nad Batalkan balasan